MAKNA NYALE DALAM UPACARA ADAT PASOLA SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DI SUMBA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR

Wilhelmus Kuara Jangga Uma(1), Dwi Handayani(2), Yoga Satriya Nurgiri(3*),

(1) 
(2) Universitas PGRI Madiun
(3) Universitas PGRI Madiun
(*) Corresponding Author


Abstract


Tradisi nyale adalah salah satu kearifan lokal di Kabupaten Sumba Barat yang memiliki nilai budaya yang masih terpelihara dalam upacara adat Pasola. Namun demikian, terdapat masalah dari tradisi Nyale dalam Upacara Pasola adalah semakin hilangnya makna dalam pelaksanaan ritual tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna tradisi Nyale dalam prosesi Upacara Pasola di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur. Metode peneltian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik. Teknik analisis data melalui tahap reduksi data, analisis data, verifikasi data. Hasil penelitian adalah Pertama, makna upacara ini digunakan untuk penghormatan peninggalan leluhur dan eksistensinya masih bertahan. Prosesi upacara tidak lepas dari nilai religi dan kepercayaan asli orang Sumba yaitu marapu. Kedua, Syair adat dan upacara penyajian kepada roh halus berfungsi sebagai naluri manusia dalam kepercayaan dan ungkapan syukur kepada Tuhan YME. Perwujudannya dalam bentuk tradisi ritual Nyale yaitu mencari cacing laut dan Pasola sebagai permainan perang di atas kuda menggunakan lembing atau tombak. Peranan ritual Nyale dan adat Pasola di Sumba Barat dimaknai sebagai alat pemersatu masyarakat berupa persaudaraan dan ungkapan kegembiraan sejati menyambut hasil panen. Meskipun upacara Pasola dipenuhi ketakutan karena melukai lawan, tetapi upacara ini terus dilestarikan. Nyale dan Pasola berkaitan erat dengan nilai luhur dalam pelaksanaan prosesi dan kepercayaan masyarakat Sumba. Ketiga, tahapan upacara Nyale dan Pasola adalah a). penentuan waktu pencarian cacing laut mulai dari perkumpulan para rato, b). persiapan kelengkapan Pasola yaitu kayu lembing, kuda, kain adat, dan c). prosesi pelaksanaan Pasola.


References


Chris Barker. 2014. Kamus Kajian Budaya. Yogyakarta. Kanisius

Djam’an Satory Dan Aan Komariah. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Cv. Alfabeta.

Fransiska Idaroyani Neonnub Dan Novi Triana Habsari. 2018. Belis: Tradisi Perkawinan Masyarakat Insana Kabupaten Timor Tengah Utara (Kajian Historis Dan Budaya Tahun 2000-2017). Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya. Volume 8 Nomor 01 Tahun 2018: 107-126

I Made Suarsana, I Gusti Ngurah Jayanto, Dan I Kadek Dwi Kayana. 2014. Pasola: Di Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur. Yogyakarta: Ombak

Khoirul Huda. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Ips Sejarah Melalui Aplikasi Sway Berkonten Indis Di Smp Negeri 8 Madiun. Historia: Jurnal Pembelajaran Sejarah Dan Kajian Sejarah. Volume 5 Nomor 2 Tahun 2017: 125-141.

Mansoer Pateda. 2010. Semantic Leksikal: Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Safril Mubah. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal Dalam Menghadapi Arus Globalisasi. (Online). Dalam Http://Www.Journal.Unair.Ac.Id/Filerpdf/03%20safril%20strategi%20meningkatkan%20daya%20tahan%20budaya%20lokal%20safril%20mda.Pdf. Diakses 18 April 2018 Pukul 22.53.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Yudi Hartono Dan Dewi Setiana. 2012. Kearifan Lokal Tradisi Uyen Sapi Perajut Integrasi Sosial (Studi Kasus Di Desa Jonggol Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo). Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2012: 52-65




DOI: http://dx.doi.org/10.24127/hj.v6i2.1430

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.