PRAKTIK UPETI DALAM TRADISI HEGEMONI NUSANTARA (Tela’ah kritis terhadap praktik mengakar KKN di Indonesia)

Yusuf Adam Hilman(1*),

(1) Universitas Muhammadiyah Ponorogo
(*) Corresponding Author


Abstract


Tradisi pemberian Upeti di era kerajaan, yang hadir melalui konsep penundukan dan juga perwujudan rasa kesetiaan terhadap kerajaan, memiliki relevansi terhadap aktivitas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sedang terjadi di Indonesia beberapa dekade terakhir. persoalan yang muncul dan terjadi dalam praktik Upeti, merupakan pelaksanaan praktik hegemoni secara fisik ataupun kebudayaan, kondisi ini menyebabkan tidak sadarnya individu atau masyarakat yang sedang di hegemoni oleh Negara atau pemerintah yang memiliki kekuasaan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya praktik hegemoni yang menyebabkan tidak sadarnya masyarakat dalam melaksanakan praktik – praktik Upeti yang akhirnya memperkuat praktik KKN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologis historis, yang mencoba melihat prilaku masyarakat secara teratur berdasarkan pembabakan waktu. Tradisi upeti yang telah di temukan dalam beberapa pembabakan waktu, memberikan pola terhadap beberapa konsep, yakni kekuasaan dalam perspektif jawa, yakni: “manunggaling kaula gusti”, konsep ini menempatkan bentuk penghormatan terhadap raja atau kalangan bangsawan dalam posisi tinggi dan juga sangat di hormati, sehingga berkembang kepercayaan bahwa kalangan priyayi atau bangsawan bisa membawa rakyat jelata menuju surga dan kemakmuran di dunia, praktik upeti dalam kondisi saat itu, masih berada dalam pengaruh kebudayaan hindu – budha yang sangat kuat dalam tradisi sistem kelas sosial, sehingga pemerintah kolonial belanda, yang mencoba menekan masyarakat nusantara dengan cara kekerasan dan budaya, supaya struktur kelas tetap terjaga, sehingga kepentingan pemerintah kolonial, yakni: “Glory, Gold, dan Gospel”, dapat tetap terlaksana. Padahal dalam ajaran agama hindu tidak mengenal sistem kasta varnas melainkan model caturvanas yang lebih menekankan pada peranan, bukan pembagian kelas. Hal ini yang kemudian tereduksi dalam penyelenggaraan pemerintah di nusantara sebagai wujud  budaya yang diyakini kebenaranyya, hingga dalam praktik kehidupan masyarakat pemberian upeti, sogokan, uang pelicin, gratifikasi, menjadi salah tafsir dan makna, hal ini yang membuat Indonesia mengalami kondisi darurat KKN.


References


Afiyanti, Y. (2008). Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif. Keperawatan Indonesia , 137 - 141.

Alkostar, A. (2008). Mengkritisi Fenomena Korupsi Di Parlemen. Hukum , 1-13.

Atmadja, A. T. (2013). Pergulatan Metodologi Dan Penelitian Kualitatif Dalam Ranah Ilmu Akuntansi. Akuntansi Profesi , 122 - 141.

Chakim, S. (2008). Dakwah Clan Dialektika Budaya Jawa Dalam Lintasan Sejarah. Komunika, 42 - 53.

Hadiati E, I. A. (2013). Konstruksi Media Terhadap Pemberitaan Kasus Perempuan Koruptor. Al-Ulum , 345-372.

Hadisuprapto, P. (2000). Pemberian Malu: Alternatif Antisipatif Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (K.K.N). Kriminologi Indonesia , 1 - 9.

Haryono, T. J. (2005). Strategi Kelangsungan Hidup Nelayan Studi Tentang Diversifikasi Pekerjaan Keluarga Nelayan Sebagai Salah Satu Strategi Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup. Berkala Ilmiah Kependudukan , 119 - 128.

Hasan, M. N. (2012). Corak Budaya Birokrasi Pada Masa Kerajaan, Kolonial Belanda Hingga Di Era Desentralisasi Dalam Pelayanan Publik. Hukum , 1073-1087.

Mulyadi, M. (2011). Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media , 127 - 138.

Setyowati, D. (2012). Dekonstruksi Korupsi Dalam Demokratisasi Indonesia. International Conference On Business, International Relations And Diplomacy—Icobird 2012, (Pp. 1 - 14). Yogyakarta.

Suryo, D. (2009). Periode Sejarah Indonesia : Dari Smenjak Seminar Sejarah Di Yogyakarta 1957 Hingga Masa Kini. Sejarah , 17 - 31.

Syam, N. (2007). Indonesia Di Tengah Problem Keterpurukan: Memotong Tradisi Korupsi. Forum Seminar Di Universitas Bhayangkara Surabaya, (Pp. 1 - 8). Surabaya: Universitas Bhayangkara Surabaya, .

Wiradnyana, K. (2015). Perkembangan Religi Prasejarah: Tradisi Masyarakat Gayo. Amerta (Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi) , 1-12.

Wurianto, A. B. (2001). Gung Binatara : Kekuasaan dan Moralitas Jawa (Kasus Religiusitas Sultan Agung Di Mataram. Ilmiah Bestari , 46 - 52.




DOI: http://dx.doi.org/10.24127/hj.v6i2.1268

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.